Keteladanan Ulama Salafy : Syaikh Ibnu Bazz rahimahullah
Selasa, 01 Mei 2012
ASY-SYAIKH ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN
ABDURRAHMAN BIN BAZ RAHIMAHULLAH
(1330 - 1420 H)
(1330 - 1420 H)
Beliau
bernama Abu Abdillah Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman bin Baz,
dilahirkan di Riyadh pada bulan Dzulhijah 1330 H (1909). Asy-Syaikh Abdul Aziz bin
Baz telah menghapal Al-Qur’an di usianya yang masih anak-anak. Beliau belajar
berbagai cabang ilmu syariat kepada sejumlah ulama negeri Saudi, diantaranya
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Lathif Alu Asy-Syaikh, Asy-Syaikh Shalih bin
Abdul Aziz Alu Asy-Syaikh, dan Yang Mulia Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu
Asy-Syaikh, mufti Kerajaan Saudi waktu itu. Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz tinggal
bersama Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim dan belajar kepada beliau selama kurang
lebih 10 tahun. Bisa dikatakan Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz banyak mendapatkan
pelajaran ilmu-ilmu syariat dari keluarga (keturunan) Al-Imam Muhammad bin
Abdul Wahhab.
Berikutnya
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz diangkat menjadi Qadhi dan beliau bekerja selama
14 tahun sampai beliau dipindah tugas ke bagian pendidikan. Beliau kemudian
aktif mengajar selama 9 tahun di Sekolah Syariah Islamiyah Riyadh. Beliau
kemudian diangkat sebagai Wakil Kepala Universitas Islam Madinah, namun tak
lama kemudian beliau diangkat menjadi Kepala Universitas di tempat yang sama.
Terakhir beliau diangkat menjadi Ketua Umum Lembaga Riset Islam, Fatwa, dan
Dakwah Kerajaan Saudi.
Beliau pun
ditunjuk sebagai mufti besar Kerajaan Saudi, sebagai ketua beberapa lembaga
Islam diantaranya Lembaga Kibarul Ulama Saudi Arabia, Lembaga Tetap untuk Riset
Islam dan Fatwa, Lembaga Dana Liga Muslim Dunia, Lembaga Masjid Internasional,
dan Lembaga Tinggi Universitas Islam Madinah.
Beliau
meninggal pada hari Kamis, 27 Muharam 1420 H (13 Mei 1999). Semoga Allah
merahmati beliau.
KETELADANAN DARI SYAIKH ABDUL AZIZ IBN
BAZ
"...ini tidak cukup untukku"
Rasyid Ar-Rajih mengisahkan:
Suatu kali
saat saya sedang bersama Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz, seorang laki-laki
mendatangi beliau dan meminta bantuan berupa uang. Asy-Syaikh Abdul Aziz bin
Baz pun memberi uang kepadanya dalam jumlah besar. Namun orang itu tidak puas
dan berkata, "Ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan saya." Maka
beliau menjawab dengan penuh keramahan, "Ambillah, di dalamnya nanti akan
ada barakah, insya Allah."
Laki-laki
itu nampak memahami maksud Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan dia pun mengambil
uang tersebut sambil mengucapkan terima kasih.
Mawaqif
Madhiah fi Hayat Al-Imam 'Abdul-'Aziz bin Baz
Menerapkan Sunnah dalam Semua Urusan
Ibrahim bin Abdul Aziz Asy-Syithri
menceritakan:
Saat itu
saya sedang bersama Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz ketika ada telepon dari
seseorang untuk meminta fatwa. Bertepatan dengan itu muadzin telah
mengumandangkan Adzan, maka Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata kepada penelpon,
"Kami akan menjawab adzan dulu," sambil beliau meletakkan gagang
telepon.
Setelah
selesai menjawab adzan dan berdoa, beliau kembali berbicara kepada penelepon
yang masih menunggu jawaban dari beliau.
Kejadian
ini menggambarkan betapa Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz sangat bersemangat dalam
menerapkan Sunnah di semua urusan.
Mawaqif
Madhiah fi Hayat Al-Imam 'Abdul-'Aziz bin Baz - halaman 213
Sedih Saat Teringat Ulama Lain yang
Telah Meninggal Dunia
Doktor Nashir bin Misfir Az-Zahrani
mengisahkan:
Kapan saja
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz teringat kepada para ulama yang telah meninggal dunia,
khususnya mereka yang dekat dengan beliau, maka beliau akan mengalami kesedihan
yang demikian dalam. Beliau kemudian akan berdo’a untuk mereka, menangis dan
akan tercekat (tidak bisa bicara karena sedih).
Suatu hari,
beliau bercerita tentang gurunya, Asy-Syaikh Al-Allammah Muhammad bin Ibrahim
rahimahullah, namun beliau tidak mampu untuk menguasai diri agar tidak
menangis. Saya duduk di samping beliau untuk beberapa saat, sementara asisten
beliau membacakan fatwa-fatwa dari Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullah.
Dalam beberapa kasus, Asy‑Syaikh Muhammad bin Ibrahim berbeda pandangan dengan
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz, maka beliau pun tersenyum dan mendoakan gurunya
itu.
Mawaqif
Madhiah fi Hayat Al-Imam 'Abdul-'Aziz bin Baz - halaman 215
"Ini hanya untuk mengisi
waktu."
Sa'ad Ad-Dawud menceritakan:
Asy-Syaikh
Abdul Aziz bin Baz sangat hati-hati dalam mengisi waktu. Bila beliau melakukan
perjalanan dengan mobil untuk mengajar atau untuk menghadiri pertemuan, maka
beliau akan membawa sejumlah buku untuk dibaca sambil jalan. Saya tidak tahu
berapa buku yang telah beliau baca dimana beliau bisa mengambil catatan-catatan
yang bermanfaat darinya. Ketika hal ini ditanyakan kepada beliau, beliau hanya
menjawab singkat, "Ini hanya untuk mengisi waktu."
Mawaqif
Madhiah fi Hayat Al-Imam 'Abdul-'Aziz bin Baz - halaman 194-195
Nasehat Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz
untuk Presiden Qadhafi
Doktor Bassam Khidar Asy-Syati
mengisahkan:
Diantara
perbuatan Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz yang terpuji adalah ketika beliau
memberi tahu Presiden Libya, Muamar Qadhafi, tentang larangan menghilangkan
kata Qul yang ada di dalam Al-Qur’an dan bahwa mengucapkan kata tersebut
adalah wajib. Beliau melakukan hal ini karena beliau mendengar bahwa Presiden
Qadhafi telah memerintahkah stasiun radio dan para pembaca Al-Qur’an agar
menghilangkan kata Qul dan diapun telah melakukan perubahan terhadap
teks Al-Qur’an yang asli (yaitu dengan menghilangkan kata Qul). Mendengar
teguran ini, Presiden Qadhafi mau menerima dan mengembalikan teks Al-Qur’an sebagaimana
asalnya.
Pada
kejadian yang hampir serupa, Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz menegur Presiden
Tunisia, menjelaskan kepadanya tentang syariat Allah dalam hal kurban dan
puasa, bahwa di dalam kedua perintah itu tidak terdapat efek yang negatif
terhadap proses pembangunan negara. Beliau memberikan fakta-fakta (dalil) yang
meyakinkan untuk membuktikan hal tersebut.
Mawaqif
Madhiah fi Hayat Al-Imam 'Abdul-'Aziz bin Baz - halaman 189
"Saya datang ke Riyadh di malam
yang dingin..."
Abdullah bin Muhammad Al-Mu'taz
menceritakan: AsySyaikh Muhammad Hamid, Ketua Paguyuban Ashabul Yaman di
negara Eretria berkisah :
Saya datang
ke Riyadh di malam hari yang dingin dalam keadaan tidak punya uang untuk
menyewa hotel. Saya kemudian berpikir untuk datang ke rumah Asy-Syaikh Abdul
Aziz bin Baz. Saat itu waktu menunjukkan pukul 03.00 pagi. Awalnya saya ragu,
namun akhirnya saya putuskan untuk purgi ke rumah beliau.
Saya tiba
di rumah beliau yang sederhana dan bertemu dengan seseorang yang tidur di pintu
pagar. Setelah terbangun, ia membukakan pintu untukku. Saya memberi salam padanya
dengan pelan sekali supaya tidak ada orang lain yang mendengarnya karena hari
begitu larut.
Beberapa
saat kemudian aku melihat Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz berjalan menuruni
tangga sambil membawa semangkuk makanan. Beliau mengucapkan salam dan memberikan
makanan itu kepada saya. Beliau berkata, "Saya mendengar suara anda
kemudian saya ambil makanan ini karena saya berpikiran anda belum makan malam
ini."
Demi Allah,
saya tidak bisa tidur malam itu, menangis karena telah mendapat perlakuan yang
demikian baik.
Mawaqif
Madhiah fi Hayat Al-Imam 'Abdul-'Aziz bin Baz - halaman 233
"Demi Allah, beliau tidak pernah
bercerita tentang hal itu..."
Doktor Nashir bin Misfir Az-Zahrani
menceritakan:
Asy-Syaikh
Abdurrahman bin Atiq, salah seorang yang mendapat bantuan finansial dari
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya, "Pernahkah beliau berbicara tentang
gajinya, bagaimana beliau membelanjakannya atau sesuatu yang berkaitan dengan
itu? Atau pernahkah beliau memberi tahu anda berapa gaji beliau?"
Asy-Syaikh
Abdurrahman menjawab, "Demi Allah, beliau tidak pernah bercerita tentang
hal itu kepada saya, dan beliau pun tidak pernah membicarakan gaji orang
lain."
Mawaqif
Madhiah fi Hayat Al-Imam 'Abdul-'Aziz bin Baz - halaman 223
"Ya Syaikh, dia telah berkata
tentang anda dan mencela anda..."
Doktor Nashir bin Misfir Az-Zahrani
menceritakan:
Beberapa
mahasiswa datang kepada Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz untuk melaporkan keadaan
seseorang. Mereka menerangkan tentang kesalahan-kesalahan orang tersebut dan
ketergelincirannya dalam beberapa penyimpangan. Maka beliaupun meminta
asistennya untuk membuat catatan sehingga beliau nanti bisa menegur dan
menasehati orang tersebut.
Sementara
asistennya sedang mencatat, salah seorang mahasiswa berkata, "Ya Syaikh,
dia pernah berkata tentang anda dan mencela anda."
Seketika
itu Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz meminta asistennya untuk berhenti mencatat
karena beliau merasa bahwa apa yang akan dilakukan bisa dianggap sebagai tindakan
balas dendam (karena orang itu telah mencela beliau).
Mawaqif
Madhiah fi Hayat Al-Imam 'Abdul-'Aziz bin Baz - halaman 204
"Orang inilah yang berkata begini
dan begitu tentang anda"
Abdurrahman bin Muhammad Al-Baddah
menceritakan:
Ada satu
kejadian dimana Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz berbeda pendapat dalam sebuah
permasalahan dengan seorang ulama dari luar Saudi. Suatu ketika ulama itu
datang ke Saudi dan Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengundangnya untuk makan
siang di rumahnya dan menjamunya. Dalam acara itu terdapat pula sejumlah
pelajar (penuntut ilmu), yang kemudian berkata kepada Asy-Syaikh Abdul Aziz bin
Baz, "Orang ini yang telah berkata begini dan begitu tentang anda."
Namun Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz meminta mereka untuk diam.
Beliau
melanjutkan menemani tamunya, dan di akhir pertemuan Asy-Syaikh Abdul Aziz bin
Baz mengantar tamunya sampai ke depan pintu dan mengucapkan kalimat perpisahan.
Maka tamu itu berkata, "Jika dikatakan kepada saya bahwa ada seseorang di
muka bumi ini yang berasal dari generasi Salafus Shaleh, sungguh saya akan
mengatakan bahwa beliaulah (yakni Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz)
orangnya."
Mawaqif
Madhiah fi Hayat Al-Imam 'Abdul-'Aziz bin Baz - halaman 188
"Ya, saya Abdul Aziz bin
Baz"
Shaleh bin Rasyid Al-Huwaimil
bercerita tentang kewibawaan orang-orang yang mulia:
Suatu hari,
seorang jamaah haji dari Rusia mendatangi kediaman Asy-Syaikh Abdul Aziz bin
Baz di Mina, dan ketika melihat beliau orang itu. berkata, "Apakah anda
Asy-Syaikh Ibnu Baz?" Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz pun menjawab dengan
ramah, "Ya, saya Abdul Aziz bin Baz."
Jamaah haji
itu pun mengucapkan salam, mendekat kepada beliau dan mencium pipi beliau. la
berkata, "Demi Allah, saya selalu berdoa kepada Allah agar tidak mematikan
saya sebelum bertemu dengan anda."
Mawaqif
Madhiah fi Hayat Al-Imam 'Abdul-'Aziz bin Baz - halaman 12-13
"...itu semua adalah atas hidayah
dari Allah dan kemudian atas pengaruh buku anda yang kami baca..."
Asy-Syaikh Badar bin Nadir Al-Masyari
menceritakan:
Saya
teringat ketika ada sebuah surat datang dari seorang wanita Philipina yang
dibacakan kepada Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz. Wanita itu menulis:
"Saya
dulunya adalah seorang penganut kristen dan kemudian masuk Islam, begitupun
keluargaku (mereka kini masuk Islam) - dimana itu semua adalah atas hidayah
dari Allah dan kemudian atas pengaruh buku anda yang kami baca..."
Sampai di
sini Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz merasa demikian terharu dan beliau pun
menangis.
Mawaqif
Madhiah fi Hayat Al-Imam 'Abdul-'Aziz bin Baz - halaman 13
Setiap Tamu Diajak Makam Malam
Fahd Al-Bakran menceritakan :
Telah
banyak diceritakan bahwa, bila seseorang ingin berpamitan dari bertamu kepada
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz di malam hari, maka beliau pun akan segera
meminta orang tersebut tinggal lebih dulu untuk diajak makan malam bersama
beliau. Inilah kebiasaan beliau terhadap semua orang yang datang ke ramah
beliau. Jika orang tersebut menolak, maka beliau akan berkata, "Bila
engkau menolak maka hendaknya engkau takut kepadanya (yakni kepada istri beliau
yang telah membuat makanan tersebut). Baiknya engkau linggal dan makan bersama
kami."
Semoga
Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau dan memasukkan beliau ke dalam
jannah-Nya. Amin.
Mawaqif
Madhiah fi Hayat Al-Imam 'Abdul-'Aziz bin Baz - halaman 13
"Sesungguhnya Allah itu Maha
Pemurah dan senantiasa memberi kemudahan pada semua perkara yang telah
ditetapkan-Nya."
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdullah bin
Baz (saudara laki-laki Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz) menceritakan:
Saudara kandungku,
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz, senantiasa berusaha menjaga hubungan silaturahim
(tali kekeluargaan) dengan saya dan dengan orang tua semenjak beliau masih
muda.
Beliau
selalu mengunjungiku secara teratur, bertanya tentang keadaanku, dan mencium
keningku bila beliau datang ke tempat saya (daerah Al-Badi'ah Al-Qadimah,
Riyadh).
Asy-Syaikh
Abdul Aziz bin Baz juga selalu menanyakan anak-anak saya dan mendorong
anak-anak beliau agar mengunjungiku, semoga Allah merahmati Abu Abdillah (AsySyiiikh
Abdul Aziz bin Baz).
Semenjak
muda beliau senang menuntut ilmu, senang bergaul dengan para ulama, dan
menolong mereka. Seperti kebiasaan beliau yang sering meminta kepada ibunya
agar beliau bisa membawa teman-temannya sesama penutut ilmu untuk makan siang
atau makan malam bersama.
Saat itu
saya pernah bertanya kepada saudaraku itu: "Mengapa engkau sering berbuat
demikian?" Beliau , menjawab: "Sesungguhnya Allah itu Maha Pemurah
dan senantiasa memberi-kemudahan pada semua perkara yang telah
ditetapkan-Nya."
Mawaqif
Madhiah fi Hayat Al-Imam 'Abdul-'Aziz bin Baz - halaman 29
Nasehat untuk Pendidik Kaum Wanita
Dr. Muhammad bin Sa'ad Asy-Syuwai'ir
mengisahkan:
Ketika saya
dipilih untuk bertugas di lembaga pendidikan bagi kaum wanita, saya pergi ke
Madinah untuk beberapa keperluan. Ketika di sana, saya sempatkan untuk
mengunjungi Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz di Universitas Islam Madinah. Saya
sampaikan salam saya dan kemudian beliau memberi beberapa nasehat dan arahan
kepada saya. Beliau meminta agar saya menjalankan amanah yang saya emban dengan
sebaik-sebaiknya (yaitu memberi pendidikan kepada kaum wanita), agar saya
menjaga mereka dan urusan mereka.
Mawaqif
Madhiah fi Hayat Al-Imam 'Abdul-'Aziz bin Baz - halaman 28
"Inilah jalan yang saya tempuh
ketika berhadapan dengan raja maupun bukan."
Asy-Syaikh Abdullah bin Shaleh
Al-'Ubaylan menceritakan :
Suatu
ketika dalam sebuah pertemuan yang cukup besar, saya mengajukan pertanyaan
kepada Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz :
"Ada
beberapa ulama yang memiliki perbedaan pendapat dengan anda, namun mereka semua
tetap mencintai anda. Kami ingin tahu apa yang menyebabkan hal ini. Mengapa
Allah melimpahkan kepada anda karunia berupa sesuatu yang menyebabkan tumbuhnya
perasaan cinta di hati mereka kepada anda?"
Maka beliau
menjawab :
"Aku
tidak tahu apapun kecuali bahwa - Alhamdulillah - saat saya mengetahui
kebenaran semenjak saya muda maka saya merasa terpanggil (untuk memeganginya).
Saya berusaha untuk bersabar terhadap apapun yang menimpa saya, sebagai
konsekuensi dari sikap saya itu. Saya tidak membenci siapapun dan tidak pula
memuji siapapun (yakni sesama makhluk) atas akibat yang menimpa saya. Saya
hanya ingin menyampaikan kebenaran dan bersabar terhadap apa yang menimpa saya.
Jika ia diterima, maka pujian itu hanya milik Allah. Begitupun bila ditolak,
maka pujian itu juga tetap milik Allah. Inilah jalan yang saya pegangi semampu
saya, baik dalam ucapan maupun tulisan. Siapa yang menerima maka ia akan
menerimanya dan siapa yang menolak maka ia akan menolaknya. Selama saya di atas
kebenaran, selama itu pula saya akan menyuarakannya.
Bagi
orang-orang yang memiliki perbedaan dengan saya, maka saya katakan, bagi mereka
ijitihad mereka. Allah akan memberi balasan dua kepada seorang mujtahid bila ia
benar dan akan memberi balasan satu bila ia salah. Maka saya tidak tahu (alasan
lain) kecuali hal ini - bahwa saya menyeru kepada kebenaran sesuai dengan
kemampuan saya, Alhamdulillah, dan saya pun berusaha untuk menyampaikannya
baik secara lisan maupun tindakan. Saya pun tidak pernah memvonis dan tidak
pernah pula membuat sakit hati (tersinggung). Bila saya telah menyampaikan,
maka saya berdo’a semoga Allah memberi kemudahan dan petunjuk kepadanya. Inilah
jalan yang saya tempuh ketika berhadapan dengan raja maupun bukan raja."
Mawaqif
Madhiah fi Hayat Al-Imam 'Abdul-'Aziz bin Baz - halaman 25
Bacalah Al-Qur’an Setiap Hari
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad bin
Dawud menceritakan:
Saya pernah
berjalan bersama Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz dari Jami' Al-Imam Turki bin
Abdullah menuju rumah beliau. Beliau bertanya tentang bacaan Al-Qur’an saya.
Saya jawab bahwa saya membacanya dari waktu ke waktu, namun tidak punya waktu
khusus yang banyak dimana saya bisa membacanya setiap hari. Maka beliau
menasehatkan agar saya membaca Al-Qur’an setiap hari, meskipun jumlahnya
sedikit. Ini karena siapa saja yang membaca ayat Al-Qur’an meskipun hanya
sedikit namun dilakukan setiap hari, maka ia nantinya akan menyelesaikannya.
Sebaliknya, siapapun yang tidak membaca setiap hari meski dia mampu menyelesaikan
bacaan Al-Qur’an dalam waktu singkat (hanya dalam beberapa bulan), maka ia bisa
kehilangan hapalannya. Beliau kemudian memberi contoh, "Seseorang yang
membaca satu juz setiap hari, maka ia akan mengkhatamkan bacaannya selama
sebulan. Begitu, pula dengan yang membaca dua juz setiap hari, maka ia akan
menyelesaikannya dalam 15 hari, begitu. seterusnya."
Mawaqif
Madhiah fi Hayat Al-Imam 'Abdul-'Aziz bin Baz - halaman 25
"Di mana Asy-Syaikh Abdul Aziz
bin Baz dan kapan beliau datang?"
Dr. Muhammad bin Sa'ad Asy-Syuway'ir
menceritakan :
Pada musim
haji tahun 1406 H (1996), rombongan jamaah haji pertama, yang tiba ke Saudi
Arabia adalah dari negara Cina dan diantara mereka terdapat sejumlah ustadz
(dari Cina) yang melakukan kunjungan kepada Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz.
Kepala rombongan adalah seorang lelaki yang sudah tua, lulusan dari Universitas
Al-Azhar, Mesir. Ia memimpin rombongan yang berjumlah 7 orang. Setelah
menyampaikan salam kepada hadirin, kepala rombongan itu bertanya kepada saya,
"Di mana Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan kapan beliau datang?" Saya
berkata, "Beliau ada di sebelah sana, orang yang baru saja anda beri
salam."
Namun orang
ini tidak percaya. Dalam bahasa Arab yang fasih dia berkata, "Saya ingin
bertemu dengan beliau sekarang." Maka saya jawab, "Beliau di
sana," sambil saya menunjuk ke arah Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz.
Saya
kemudian memberi tahu Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz tentang keinginan orang
tersebut. Maka beliau pun dengan segera menghampiri orang itu. Saya lihat orang
tua dari Cina itu memeluk dengan erat Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz sambil
menangis. "Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah mengabulkan keinginan saya
untuk bertemu anda. Kami di Cina telah banyak mendengar tentang anda, yaitu
perjuangan anda untuk kaum muslimin dan dorongan untuk mereka," katanya.
Salah
seorang anggota rombongan berkata, "Segala puji bagi Allah wahai Syaikh,
dimana Dia telah menjadikan 10 tahun dalam umurku ini bersama-sama dengan anda
(yakni dia telah masuk Islam setelah sebelumnya bukan Islam). Anda telah banyak
memberi manfaat bagi Islam dan kaum muslimin, sebagaimana juga kepada saya yang
hanya seorang anak manusia seperti yang lain dari anak-anak Islam."
Orang tua
pimpinan rombongan pun menangis lagi dan memeluk kembali Asy-Syaikh Abdul Aziz
bin Baz, "Segala puji bagi Dzat yang telah mengijinkan saya untuk bertemu
dengan anda sebelum saya mati. Saya telah lama menunggu kesempatan ini."
Mawaqif
Madhiah fi Hayat Al-Imam 'Abdul-'Aziz bin Baz - halaman 8-9
Hormat dan Cinta kepada Gurunya
Asy-Syaikh
Abdul Aziz bin Baz biasa menangis bila teringat kepada guru beliau, Asy-Syaikh
Muhammad bin Abdul Lathif Alu-Asy-Syaikh rahimahullah. Dalam keadaan demikian
maka beliau pun akan mendoakan gurunya itu. Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz
mengatakan bahwa beliau tidak mengenal seorang manusia di muka bumi ini yang
lebih berilmu dibanding gurunya, tidak ada yang lebih pandai dalam mengajar,
dan gurunya juga seorang yang sangat perhatian terhadap murid-muridnya. Saat
menceritakan hal ini biasanya kesedihan beliau akan berkurang dan beliau berdoa
kepada Allah agar Dia merahmati gurunya.
Al-Ibriziyyah
fi Tis'in Al-Baziyyah - halaman 97
Membangunkan Anak-anaknya untuk Shalat
Subuh
Putra Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz,
Ahmad, menceritakan :
Asy-Syaikh
Abdul Aziz bin Baz biasa membangunkan anak-anaknya melalui telepon internal
agar mereka mengerjakan Shalat Subuh. Saat membangunkan itu biasanya beliau
sambil berdoa:
"Alhamdulillaahilladzi
ahyanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihinnusyur."
"Segala
puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan
kepada-Nya kami kembali."
Bila
anak-anak beliau masih merasa mengantuk maka beliau akan meminta mereka
mengulang-ulang bacaan doa tersebut sampai beliau yakin bahwa mereka telah
benar-benar bangun.
Al-Imam
bin Baz - Durus wa Mawaaqif wa 'Ibar -
halaman 71.
Mimpi Seorang Shaleh
Seorang murid Asy-Syaikh AI-Albani
menceritakan:
Ada seorang
shaleh dari Siria yang bermimpi beberapa saat sebelum kematian Asy-Syaikh Abdul
Aziz bin Baz. Dalam mimpi, orang itu melihat dua buah bintang di langit yang
bergerak dengan kecepatan tinggi menuju bumi. Bintang yang satu telah mencapai
bumi, sementara yang satu lagi menunggu di dekat bumi.
Ketika
bintang yang satu mencapai bumi, ia menimbulkan suara yang menggelegar dan
orang-orang pun panik sambil bertanya-tanya, "Apa yang terjadi?"
Orang yang
bermimpi itu kemudian terbangun dan kemudian menanyakan arti mimpinya kepada
orang yang memahami tafsir mimpi. Mimpi itu ditafsirkan bahwa sesuatu akan
terjadi yang menyebabkan manusia tersentak dan menimbulkan kesuraman. Kejadian
itu akan diikuti oleh kejadian yang sama, yaitu oleh bintang yang kedua.
Beberapa
waktu kemudian datang sebuah berita tentang kematian Asy-Syaikh Abdul Aziz bin
Baz yang tidak lama kemudian diikuti oleh Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albani.
Al-Imam
Ibn Baz - Durus wa Mawaqif wa 'Ibar - halaman 98
Hati-hati dalam Mengisi Waktu
Putra Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz
yang bernama Ahmad menceritakan:
Asy-Syaikh
Abdul Aziz bin Baz adalah seorang yang sangat hati-hati dalam menghabiskan
waktunya, dalam rangka menjadikan setiap detik dari waktu beliau memiliki nilai
yang tinggi. Seperti saat sedang naik mobil, maka beliau akan mengisi waktu
dengan kegiatan yang berkaitan dengan ilmu, menulis ataupun mendengarkan
ceramah.
Buku-buku
yang biasa dibaca Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz saat naik mobil antara lain
Majmu' Fatawa AsySyaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullah, Ighatsatul Lahfan
karya Ibnu Al-Qayyim rahimahullah, Al-lqna' Ibnu Al-Mundhir rahimahullah, Kitab
Marwiyatal La'an fis-Sunnah. Juga beberapa kitab yang ukuranya lebih kecil.
Al-Imam
Ibn Baz - Durus wa Mawaaqif wa' Ibar - halaman 13.
(Disadur ulang dari buku “Untaian
Mutiara Hikmah Ulama Ahlussunnah” halaman 23-38, untuk blog http://jadisalafy.blogspot.com
oleh Abdul Majid Al-Bugisy)
1 komentar:
bagi ikhwah yg mau belajar di yaman moga silakan kunjungi Belajar di yaman di yamandengan harga travel yg murah . jazakumullah khoer
Posting Komentar