Keteladanan Ulama Salafy : Syaikh Al-Albany rahimahullah
Jumat, 15 Juni 2012
ASY-SYAIKH MUHAMMAD NASHIRUDDIN
AL-ALBANI RAHIMAHULLAH (1332 - 1420 H)
Asy-Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani lahir di kota Ashkodera, ibukota Albania pada
tahun 1332 H (1911), dalam sebuah keluarga yang miskin. Ayahnya, Al-Haj Nuh
Najjati Al-Albani adalah seorang lulusan sekolah Syariah di Istambul dan ketika
kembali ke Albania beliau dijadikan ulama. Ketika Albania dikuasai oleh pemerintahan
yang berideologi atheis, keluarga Asy-Syaikh Al-Albani hijrah ke Damaskus.
Asy-Syaikh Al-Albani berhasil menyelesaikan pendidikan dasarnya di Damaskus.
Beliau kemudian mempelajari Al-Quran, ilmu tajwid, Bahasa Arab, fikih madzhab
Hanafi, dan berbagai cabang ilmu lain kepada sejumlah ulama dan teman-teman
ayahnya.
Asy-Syaikh
Al-Albani juga mempelajari keterampilan membuat jam dan mereparasi. Bahkan
beliau kemudian dikenal sebagai ahli di bidang ini dan dijadikan sebagai ladang
untuk mencari nafkah. Asy-Syaikh Al-Albani mulai menjadi seorang yang ahli di
bidang ilmu hadits sejak berumur 20 tahun setelah terpengaruh oleh sebuah
artikel di majalah AlManar.
Karya
beliau dalam bidang ilmu hadits dimulai ketika beliau membuat catatan terhadap
kitab karya Al-Hafidz Al-Iraqi berjudul AI-Mughni 'An-Hamlil Asfar fil Asfar fi
Tahkrij ma fil Ihya minal Akbar.
Asy-Syaikh
Al-Albani terus melakukan penelitian terhadap ilmu hadits dan cabang-cabangnya
meskipun tidak mendapat dukungan dari ayahnya. Lebih jauh bahkan beliau tidak
lagi mendapatkan kitab-kitab yang beliau perlukan di perpustakaan ayahnya yang
mayoritas koleksinya adalah kitab-kitab bermadzhab Hanafi. Sejak saat itu,
Asy-Syaikh AI-Albani berusaha mencari kitab-kitab yang dibutuhkan di
perpustakaan besar di kota Damaskus, Al-Maktabah Adh-Dhahiriyyah dan
kadang-kadang beliau harus membeli di penjual kitab.
Asy-Syaikh
Al-Albani sangat tertarik dengan ilmu hadits. Akibatnya beliau sering menutup
tokonya dan tinggal di perpustakaan dalam waktu sampai dua belas jam. Beliau
berhenti dari aktivitasnya itu hanya untuk shalat, bahkan untuk makan pun
beliau tinggalkan dan sebagai gantinya beliau hanya mengkonsumsi dua potong
makanan ringan.
Akhirnya
pihak perpustakaan memberi ruang tersendiri kepada Asy-Syaikh Al-Albani beserta
kuncinya sehingga beliau bisa memasukinya sebelum jam buka. Terkadang beliau
memulai aktivitasnya pagi-pagi sekali dan baru berakhir setelah Isya. Selama
masa ini beliau telah menghasilkan sejumlah karya, beberapa diantaranya siap
untuk diterbitkan.
Asy-Syaikh
Al-Albani banyak menghadapi tantangan dalam usahanya menyebarkan dakwah kepada
Tauhid dan Sunnah, namun itu semua beliau hadapi dengan penuh kesabaran.
Beberapa ulama Damaskus memberikan dorongan kepada beliau agar tetap meneruskan
usahanya, diantaranya adalah Asy-Syaikh Bahjatul Baijar, Asy-Syaikh Abdul Fatah
dan Asy-Syaikh Taufiq Al-Barzah rahimahumullah.
Setelah
beberapa lama, Asy-Syaikh Al-Albani mulai memberikan kajian rutin dua kali
seminggu yang dihadiri oleh sejumlah pelajar dan dosen. Beliau ajarkan
kitab-kitab aqidah, fikih, ushul fikih, dan hadits. Beliau juga mulai
mengorganisasi sebuah perjalanan dakwah ke beberapa kota di Siria dan Yordania.
Setelah
sejumlah kitab karya Asy-Syaikh Al-Albani dicetak, beliau kemudian diangkat untuk
menjadi pengajar di Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia, untuk waktu tiga
tahun dari tahun 1381 sampai 1383 H. Beliau juga diangkat menjadi dewan
pengurus Universitas.
Setelah
itu Asy-Syaikh Al-Albani kembali menekuni aktivitas lamanya di Al-Maktabah
Adh-Dhahiriyyah dan menyerahkan tokonya kepada saudara laki-laki beliau. Beliau
banyak melakukan perjalanan ke luar negeri untuk dakwah, diantaranya Qatar,
Mesir, Kuwait, Emirat Arab, Spanyol, dan Inggris. Beliau beberapa kali dipaksa
melakukan migrasi, diantaranya dari Siria ke Yordania, kemudian ke Siria lagi,
ke Beirut, ke Emirat Arab, dan kembali ke Yordania (Amman). Karya beliau di
bidang ilmu hadits mencapai lebih dari 100 buah.
Asy-Syaikh
Al-Albani memiliki sejumlah murid, diantara-nya Asy-Syaikh Hamdi Abdul Majid,
Asy-Syaikh Muhammad 'led Abbasi, Dr. Sulaiman Al-Asyqar, Asy-Syaikh Muhammad
Ibrahim Syaqrah, Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi, Asy-Syaikh Ali Khusyan,
Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, Asy-Syaikh Abdurrahman Abdusshammad, dan
ratusan murid beliau lainnya.
Asy-Syaikh
Al-Albani meninggal pada hari Sabtu, 22 Jumadits Tsani 1420 H (2 Oktober 1999)
dalam usia 87 tahun. Semoga Allah merahmati beliau.
Read more...