Salaf = Ahlussunnah wa Al-Jama’ah
Selasa, 20 September 2011
Penulis : Al-Ustadz Hammad Abu Muawiyah
Salaf adalah salah satu penamaan lain dari ahlussunnah wa al-jama’ah, yang mana maknanya sama persis dengan makna ahlussunnah yang telah kami uraikan sebelumnya. Berikut uraiannya:
1. Secara bahasa :
Ibnu Faris berkata, “Sin, Lam dan Fa`, suatu kata yang menunjukkan terhadap sesuatu yang telah berlalu dan terdahulu. Contohnya : ‘As-Salaf’ artinya orang-orang yang terdahulu dan ‘Kaum As-Salaf’ artinya kaum yang terdahulu”. Lihat Mu’jam Maqayis Al-Lughoh
Ibnu Manzhur berkata dalam mengartikan kata Salaf, “Siapa saja yang telah mendahuluimu dari kalangan bapak-bapakmu dan keluarga-keluargamu yang mereka itu berada di atasmu baik dari sisi umur maupun keutamaan”. Lihat Lisanul ‘Arob
2. Adapun secara istilah, kata Salaf memiliki 2 makna:
• Makna khusus, mereka adalah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam, para shahabat beliau, para tabi’in dan para tabi’ut tabi’in yang tidak pernah melakukan bid’ah dan mereka adalah tiga generasi pertama yang diberikan keutamaan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berikut contoh-contoh penggunaan kata Salaf dalam makna ini :
a. Dalam hadits Aisyah radhiallahu anha, Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam bersabda kepada putri beliau Fathimah:
اِتَّقِيْ اللهَ وَاصْبِرِي فَإِنَّ نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ
“Bertakwalah kamu dan bersabarlah karena sesungguhnya sebaik-baik Salaf bagi kamu adalah saya”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini merupakan landasan dalil dari penamaan salaf, karena beliau Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam menamakan dirinya dengan Salaf. Dan hadits ini merupakan hujjah terhadap siapa saja yang mengingkari penamaan As-Salaf atau dakwah Salaf atau bernisbah kepada Salaf (Salafy) karena penisbahan ini tidak lain kecuali kepada Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam. Dan dari hadits inilah para ulama terdahulu mengambil kata Salaf dan menggunakannya sebagai nama ataupun sifat bagi setiap orang yang mengikuti jalan Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam walaupun dia hanya sendirian.
b. Imam Al-Qolsyani berkata, “As-Salaf Ash-Sholih, mereka adalah generasi pertama yang mendalam ilmunya, yang mendapatkan hidayah dengan hidayah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam, yang menjaga sunnah-sunnahnya. Allah telah memilih mereka untuk bershahabat dengan NabiNya dan memilih mereka untuk menegakkan agamaNya”. Lihat Tahriril Maqolah fii Syarhir Risalah hal. 36
Dan hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu :
إِنَّ اللهَ نَظَرَ فِي قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرَ قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ فَابْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ ثُمَّ نَظَرَ فِي قُلُوْبِ الْعِبَادِ بَعْدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ فَوَجَدَ قُلُوْبَ أَصْحَابِهِ خَيْرَ قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ يُقَاتِلُوْنَ عَلَى دِيْنِهِ فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ وَمَا رَأَوْا سَيِّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّءٌ
“Sesungguhnya Allah melihat ke hati para hambaNya dan Dia mendapati hati Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam adalah sebaik-baik di antara hati-hati para hamba maka Diapun memilihnya untuk diri-Nya dan mengutusnya dengan risalah-Nya. Kemudian Allah melihat lagi ke hati para hamba setelah hati Muhammad dan Dia mendapati hati para shahabat adalah sebaik-baik hati para hamba maka Diapun menjadikan mereka sebagai pembantu-pembantu Nabi-Nya yang mereka itu berperang dalam agama-Nya. Maka apa-apa yang dianggap baik oleh kaum muslimin maka hal itu baik di sisi Allah dan apa-apa yang jelek menurut kaum muslimin maka hal itu jelek di sisi Allah”.
c. Imam Ath-Thohawi berkata dalam Aqidahnya, “Dan para ulama As-Salaf dari kalangan orang-orang yang terdahulu (para shahabat-pent.) dan yang datang setelah mereka dari kalangan tabi’in, (mereka adalah) ahlul khairi wal atsar (yang memiliki banyak kebaikan dan paham tentang sunnah), ahlul fiqhi wan nazhor (ahli fiqih dan peneliti), mereka tidak (boleh) disebutkan kecuali dengan kebaikan dan siapa saja yang menyebut mereka dengan kejelekan maka dia tidak berada di atas jalan (sunnah)”.
d. Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata tatkala beliau ditanya tentang hakikat Salafiah, “Tatkala kita berkata ‘As-Salaf’ maka yang kita maksudkan dengannya adalah sebaik-baik golongan yang berada di atas muka bumi ini setelah para Rasul dan para Nabi, mereka adalah para shahabat Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam yang merupakan generasi pertama, kemudian para tabi’in yang datang pada generasi kedua, kemudian atba’ut tabi’in yang datang pada generasi ketiga. Orang-orang yang hidup di tiga generasi inilah yang diitlakkan atas mereka As-Salaf”. Lihat Al-Manhaj As-Salafy ‘Inda Asy-Syeikh Nashiruddin Al-Albany hal. 14
e. Disebutkan dari Imam Malik tentang puasa 6 hari di bulan Syawal bahwa beliau tidak pernah menjumpai seorangpun dari kalangan ahli ilmu dan fiqhi yang berpuasa padanya, dan beliau berkata dalam Al-Muwaththa` (1/311), “Tidak sampai kepadaku hal tersebut (berpuasa pada 6 hari di bulan Syawal) dari seorangpun dari kalangan As-Salaf (1)”.
Beliau menginginkan dengan kata Salaf adalah para tabi’in dan orang-orang sebelum mereka dari kalangan shahabat serta Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam karena beliau adalah seorang tabi’ut tabi’in.
f. Imam Al-Bukhari berkata dalam Shohihnya, “Bab : Bagaimana para Salaf mempersiapkan makanan di rumah-rumah dan dalam perjalanan-perjalanan mereka”. (Kitab Al-Ath’imah bab: 70, no. hadits: 5423,5424) Kemudian beliau menyebutkan 2 hadits mu’allaq dari ‘A`isyah dan Asma`, 1 hadits marfu’ dari ‘A`isyah dan 1 hadits mauquf dari Jabir radhiallahu ‘anhum. Ini menunjukkan bahwa yang beliau inginkan dengan kalimat Salaf adalah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam dan para shahabat beliau.
g. Imam Al-Bajuri rahimahullah berkata, “Mereka adalah orang-orang yang (hidup) sebelum tahun 500 (Hijriah) dan sebelum ketiga generasi, yakni para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in “. Lihat Mauqif Ahlis Sunnah wal Jama’ah (1/62)
• Adapun makna umum maka maknanya mencakup 3 generasi pertama yang terbaik (sebagamana makna khusus) dan mencakup juga orang-orang setelahnya yang mengikuti mereka dengan baik dari kalangan orang-orang belakangan sampai dekatnya Hari Kiamat.
a. Imam As-Saffarini rahimahullah berkata dalam Lawami’ul Anwar As-Sunniyah (1/120), “Mereka adalah orang-orang yang terdahulu lagi pertama dari kalangan shahabat Muhajirin dan Anshar serta seluruh shahabat Nabi Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam yang terpilih dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik serta para Imam yang berada di atas petunjuk setelah mereka yang kaum muslimin telah sepakat akan keberadaan mereka di atas petunjuk, keilmuan mereka, keterdahuluan mereka, mencontoh dan mengikuti mereka, berjalan di atas jalan mereka dan bermanhaj dengan manhaj mereka”.
b. Syaikh Saleh bin Fauzan Al-Fauzan hafizhohullah berkata, “Salafiah adalah jama’ah kaum mu`minin di abad pertama yang berpegang teguh dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan yang mengikuti mereka dengan baik”. Lihat kitab An-Nazhorot wat Ta’aqqubat ‘ala maa fii Kitabis Salafiyah hal. 21
c. Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmy hafizhahullah, “Salaf, mereka adalah para shahabat Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam dan yang mengikuti mereka dengan baik dari orang-orang yang hidup di tiga generasi yang mulia dan orang-orang yang datang setelah mereka”. Dinukil dari kumpulan Fatawa Manhajiah yang disusun oleh Hasan bin Muhammad bin Manshur Ad-Dagriry soal nomor 1.
d. Syaikh Nashr bin Abdul Karim Al-‘Aql berkata dalam Mujmal Ushul I’tiqad Ahlus Sunnah wal Jama’ah Fil ‘Aqidah hal. 5, “As-salaf adalah generasi pertama ummat ini dari kalangan para shahabat, tabi’in dan para imam yang berada di atas petunjuk pada tiga masa yang mulia, dan diitlakkan juga terhadap setiap yang mengikuti mereka dan berjalan di atas manhaj mereka di setiap zaman”.
Nampak jelas dari seluruh perkataan di atas bahwa Salaf adalah hizbullah (kelompok Allah) dan jama’ah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam, karena mereka adalah para shahabat, tabi’in dan yang mengikuti mereka dengan baik sampai dekatnya hari kiamat, yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya telah memuji mereka dalam banyak nash-nash syari’at sebagaimana yang akan datang penyebutannya, insya Allah Ta’ala.
Dan Salaf bukanlah suatu kelompok dari kelompok-kelompok dalam Islam dan bukan pula suatu jama’ah dari jama’ah-jama’ah dalam Islam, bahkan Salaf adalah Islam itu sendiri yang murni dari noda-doda kejahiliyaan orang-orang terdahulu serta dari berbagai bid’ah kelompok-kelompok belakangan, dengan kesempurnaannya dan keuniversalannya dengan Al-Kitab dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman para pendahulu yang telah dipuji dengan nushush Al-Kitab dan As-Sunnah”.
Oleh karena itulah berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam Majmu’ Al-Fatawa (4/149), “Tidak ada celaan bagi siapa yang menampakkan mazhab Salaf, bernisbah kepadanya dan bersandar kepadanya, bahkan wajib untuk menerima manhaj Salaf menurut kesepakatan (para ulama) karena manhaj Salaf tidak ada kecuali hanya kebenaran”.
__________________
(1) Dan ini dari ketergelinciran beliau yang jarang terjadi, padahal telah shohih dari Rasulullah, beliau bersabda :
مَنْ صَاَم رَمَضَانَ فَأَتْبَعَهُ سِتَّا مِنْ شَوَّالٍ فَكَأَنَّمَا يَصُوْمُ الدَّهْرَ
“Barangsiapa yang telah selesai berpuasa Ramadhan lalu mengikutinya dengan berpuasa 6 hari di bulan Syawal maka seakan-akan dia telah berpuasa sepanjang tahun”.
Dan para ulama belakangan memberikan uzur bahwa mungkin hadits ini tidak sampai kepada imam Malik rahimahullah.
Sumber : http://al-atsariyyah.com/salaf-ahlussunnah-wa-al-jamaah.html
0 komentar:
Posting Komentar